PENGENDALIAN
X.
1. DEFINISI DAN PENGERTIAN PENGENDALIAN
Pengawasan
atau pengendalian (untuk selanjutnya kata tersebut akan sering dipertukarkan)
dalam organisasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan untuk
mengatur aktifitas dan proses di dalam organisasi. Dengan pengendalian berarti
mengevaluasi penggunaan sumberdaya organisasi pada suatu standar yang berjalan untuk
mencapai tujuan organisasi. Dalam pengertian yang lebih sederhana lagi,
pengawasan didefinisikan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh seorang
manajer untuk memastikan bahwa pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan
sesuai dengan rencana.
Control (Pengendalian) adalah suatu
cara atau alat yang ditempatkan untuk memastikan bahwa hal-hal yang strategik telah
dicapai. Pengendalian berarti proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Pengendalian
membantu manajer memonitor keefektifan, aktivitas perencanaan, pengorganisasian
dan kepemimpinan mereka.
Robert J. Mockler mendefinisikan pengendalian sebagai usaha sistematis
untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk
mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar yang ditetapkan terlebih dahulu, untuk menetapkan
apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan
dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan
perusahaan.
Pengendalian
merupakan fungsi manajemen yang mengaitkan dan menyatukan fungsi-fungsi
lainnya. Melalui pengendalian manajer menetapkan dan mengkomunikasikan standar
pelaksanaan tugas bagi karyawan dan bagi keseluruhan proses organisasi. Fungsi
ini penting karena manajer berkepentingan untuk menjaga kepuasan pelanggan,
menjaga relasi, menghemat pengeluaran operasional, mengembangkan cara-cara
terbaik untuk mencapai tujuan organisasi, serta mengkoordinasikan seluruh
aktifitas organisasi, yang
keseluruhannya hanya dapat terlaksana sesuai rencana melalui system
pengendalian. Pengendalian bukan sekedar pengawasan namun lebih pada proses menyusun
system dasar untuk pengalokasian dana, pengembangan SDM, analisis kinerja
keuangan, dan pengevaluasian keseluruhan kinerja organisasi.
X.
2. TUJUAN DAN MANFAAT PENGENDALIAN
1.
Pengendalian
membuat rencana menjadi efektif. Manajer perlu mengarahkan pekerjaan
karyawannya, memastikan perkembangan pelaksanaannya, serta memantau feedback
yang diterima agar operasional organisasi tetap sejalan dengan rencana.
2.
Pengendalian
memastikan aktifitas organisasi konsisten. SOP, Kebijakan dan berbagai prosedur
pelaksanaan yang selain berfungsi sebagai rencana juga berfungsi sebagai alat
pengendalian agar keseluruhan operasional organisasi terintegrasi.
3.
Pengendalian
membuat organisasi menjadi efektif. Organisasi memerlukan pengendalian
jika menginginkan tugas-tugas terselesaikan dan tujuan tercapai.
4.
Pengendalian
membuat organisasi efisien. Efisiensi mungkin paling banyak dicapai melalui
pengendalian daripada melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya.
5.
Pengendalian
menyediakan umpan balik bagi aktifitas organisasi. Melalui pengendalian bukan
hanya pengukuran kemajuan on the spot dan
on the right time, tapi juga menyediakan umpan balik bagi pelaksananya.
Umpan balik ini sangat penting bagi proses pengendalian agar tetap berjalan on the track.
6.
Pengendalian
membantu pembuatan keputusan. Manfaat utama dari pengendalian adalah membantu manajer
untuk membuat keputusan yang lebih baik. Pengendalian membuat manajer menyadari
adanya masalah dan memberi informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.
X.
3. LANGKAH-LANGKAH
DALAM PROSES PENGENDALIAN
Secara umum proses pengendalian terdiri dari empat langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan
standar dan metode mengukur prestasi kerja
Melalui keseluruhan rencana strategik organisasi, manajer menetapkan
sasaran-sararan organisasi dan sasaran masing-masing unit secara spesifik
berikut standar kinerja yang diharapkan untuk dibandingkan dengan aktifitas
organisasi yang senyatanya. Mengkomunikasikan standar dan metode pengukuran
kinerja adalah hal yang penting, karena karyawan juga harus menyetujui standar
dan metode pengukuran tersebut agar tidak menjadi tindakan yang
sewenang-wenang.
2. Pengukuran
prestasi kerja. Pengukuran prestasi atau hasil kerja biasanya disajikan
dalam bentuk laporan pengukuran kinerja yang dipantau secara teratur oleh
manajer. Oleh karenanya organisasi mestilah menetapkan cara atau alat untuk membantu
pengukuran kinerja yang dibutuhkan. Misalnya jika pertumbuhan penjualan
merupakan sasaran yang dikerjar, maka organisasi harus memiliki alat atau cara
untuk menghimpun dan melaporkan data-data penjualan.
3. Membandingkan
Kinerja dengan standar. Hasil
pengukuran kinerja dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Laporan
kinerja (misalnya dalam perkuliahan: laporan jumlah kehadiran dalam sebulan,
atau laporan pelaksanaan kuliah dalam sebulan, yang dibandingkan dengan
starndar jumlah kehadiran dan jumlah penyelenggaraan kuliah tatapmuka)
4. Mengambil
Tindakan Perbaikan. Apabila
kinerja menyimpang dari standar yang telah ditetapkan, manajer harus menentukan
perubahan apa yang perlu dilakukan, apakah itu perubahan pada rencana, pada
standar atau perubahan pada cara mencapainya, dan menetapkan bagaimana
menerapkannya.
X.4.
JENIS-JENIS PENGENDALIAN
Pengendalian dapat dilakuakn dengan
berfokus pada saat sebelum, selama dan sesudah sebuah proses berjalan. Sebagai
contoh perusahaan yang bergerak di bidang retail akan memeriksa semua barang
yang masuk dari pemasok apakah sesuai dengan standar mutu yang tetapkan,
memastikan bahwa para tenaga penjual yang direkrut ramah, trampil mengoperasionalkan computer
pembayaran, dan jujur, sebelum penjualan dilakukan; Memonitor bagaimana para
penjual berinteraksi dengan pelanggan; serta mengevaluasi hasil penjualan dan
tingkat kepuasan pelanggan. Tipe pengendalian demikian disebut pengendalian
umpan maju (feedforward control);
pengendalian pencegahan (concurrent
control); dan pengendalian umpan balik (feedback
control) yang akan dijelaskan di bawah ini:
- Sistem pengendalian umpan maju
(feedforward control). System ini merupakan pengendalian yang ditetapkan
sebelum pelaksanaan aktifitas. Misalnya system pengadaan karyawan yang
menetapkan criteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan ybs; penentuan calon pejabat negara yang harus
memenuhi Fit and Proper Test dan memenuhi kelayakan Track Record, untuk memastikan
bahwa pejabat yang dipilih tepat sesuai agar mampu mengemban tugas dengan
baik dan memuaskan.
- Sistem Pengendalian Pencegahan
(Concurrent Control), adalah system monitor yang dikembangkan untuk
memantau pelaksanaan pekerjaan yang sedang berlangsung sesuai dengan
standar. Misalnya pabrik makanan yang memiliki alat untuk mengontrol
apakah produk yang sedang diproduksi sesuai dengan standar (ukuran, berat,
campuran, kualitas, dll) yang ditetapkan, yang dapat dioperasionalkan
sendiri oleh karyawan yang bertugas. Jika standar tak terpenuhi, karyawan
bisa mengambil tindakan perbaikan sendiri atau melapor pada manajernya
manakala ia tidak mampu mengatasinya atau di luar wewenangnya.
- Pengendalian Umpan balik
(Feedback Control), adalah control yang biasanya dilakukan dengan
menggunakan informasi evaluasi
berkala pelaksanaan pekerjaan untuk menentukan apakah kinerja sesuai
dengan standar. Misalnya jika suatu perusahaan menargetkan kenaikan laba
sebesar 12 % tahun berikutnya, maka manajer harus memantau laporan laba
perbulan. Apabila setelah 3 bulan kenaikan laba mencapai 3 % maka dapat
diasumsikan bahwa rencana berjalan sesuai dengan jadwal.
Sistem
pengendalian umpan balik memiliki 5 komponen berikut:
a.
Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
b.
Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian
c.
Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan
karakteristik
d.
Serangkaian standar dimana kondisi proses yang diukur
dengan standar yang selanjutnya dilakukan evaluasi
e.
Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar
karakteristik proses dengan standar yang mengambil tindakan untuk adaptasi
proses apabila perbandingan tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan proses
dari rencana yang telah ditetapkan.
X.
5. PENGAWASAN INTERNAL DAN PENGAWASAN EKSTERNAL
X.5.1.
Pengawasan Internal
Pengawasan internal adalah pengawasan
yang dilakukan dalam mekanisme intern organisasi itu sendiri. Pengawasan ini
bisa dilakukan oleh atasan langsung (Pengawasan
Melekat, dalam istilah birokrasi di Indonesia) pada masing-masing unit
organisasi, bisa juga dilakukan oleh atasan yang lebih tinggi sampai atasan
yang tertinggi. Dalam birokrasi Indonesia, karena luasnya wilayah kerja dan
besarnya unit organisasi, pengawasan internal juga dilakukan oleh unit khusus
yang disebut Inspektorat (yang ada dalam setiap Departemen/Kementrian).
Pengawasan internal
biasanya difokuskan pada hal-hal sebagai berikut :
a.
Input
: Jumlah dana, jumlah dan kualitas bahan/material/peralatan yang dibeli dan
digunakan, fasilitas-fasilitas yang dimiliki, informasi yang diusahakan dan
diperoleh, serta para anggota organisasi/staf/karyawan.
b.
Proses
: sesuai tidaknya pelaksanaan aktifitas aktifitas dengan jadwal, standar
pelaksanaan, aturan, prosedur, kebijakan, dll. Efektif atau tidaknya
sistem-sistem yang digunakan.
c.
Output
dan outcome (hasil dan dampak) : kesesuaian hasil dengan target dibandingkan
dengan tenaga yang dikerahkan, biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan.
Selain itu juga dampak yang dihasilkan - dampak yang diinginkan maupun dampak
yang tidak diinginkan. Dampak yang tidak diinginkan misalnya: organisasi
menerapkan aturan disiplin baru yang di satu sisi membuat karyawan lebih
disiplin, tapi di sisi lain menimbulkan iklim kecurigaan dan persaingan tak
sehat dan adu domba. Dampak juga bisa berwujud misalnya keberhasilan penerapan
teknologi hemat energi, namun menghasilkan buangan/polusi yang tak diinginkan,
atau harga jualnya menjadi tak terjangkau.
X.5.2.
Pengawasan Eksternal
Disebut pengawasan eksternal karena berasal dari institusi
di luar organisasi yang mendapatkan hak untuk itu. Misalnya jika di Indonesia bagi organisasi
non pemerintah, pengawasan eksternal berkaitan dengan kewajiban pembayaran
pajak, aturan lingkungan berkaitan dengan limbah yang dihasilkan, penggunaan
tenaga kerja asing, dan berbagai aturan menyangkut keselamatan kerja dan
kepegawaian. Bagi organisasi privat, pengawasan ini biasanya hanya dilakukan
manakala terjadi kasus.
Bagi institusi pemerintahan, pengawasan eksternal bisa
berarti pengawasan yang dilakukan oleh BPK (Badan Pemeriksa keuangan) BPKP
(Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan); KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
dll. Hal ini dilakukan karena besarnya skala pekerjaan yang dilakukan oleh
institusi pemerintah dan untuk memperkuat dan mengantisipasi kekurangan yang
bisa terjadi pada pengawasan internal (pengawasan atasan langsung maupun oleh
inspektorat).
Selain itu, pengawsan eksternal juga bisa berarti
pengawasan yang dilakukan oleh internal organisasi bagi factor-faktor di luar
organisasi yang akan berpengaruh pada operasional organisasi. Misalnya pengendalian
pasar (berapa besar output yang bisa diserap oleh pasar; adanya persaingan,
dll); atau pengendalian pasokan untuk menjamin input akan selalu tersedia
sesuai waktu, jumlah dan mutu yang dibutuhkan, dll.
X.
6. KARAKTERISTIK PENGENDALIAN YANG EFEKTIF
Sistem manajemen dalam sebuah
organisasi haruslah mengembangkan suatu system pengendalian yang sesuai dengan
operasional organisasi agar system itu efektif.
Suatu system pengendalian yang efektif memiliki karakteristik umum
sebagai berikut :
- Sebuah focus pada
titik-titik Kritis. Misalnya pengendalian diterapkan yang menetapkan
pada titik titik kesalahan mana
yang tidak dapat ditoleransi atau pada batas-batas mana biaya yang
dikeluarkan tidak boleh melebihi ambang yang ditetapkan. Titik-titik
kritis ini meliputi seluruh area operasional organisasi yang dipandang
memiliki pengaruh langsung pada keberhasilan organisasi atau yang merupakan titik kunci operasional
organisasi
- Terintegrasi pada
proses yang berjalan. Pengendalian yang efektif haruslah disusun
terintegrasi dengan pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan, jangan justru
menjadi gangguan. Misalnya control pengeluaran dana yang harus
ditanda-tangani 3 pejabat (kepala bagian ybs, kepala bagian keuangan dan
Manajer) tujuannya untuk mencegah penyelewengan, dapat menjadi hambatan
manakala salah satu diantaranya tidak berada di tempat, manakala dalam
system ybs tidak menetapkan kasus pengecualian.
- Sistem pengendalian
diterima oleh karyawan. Pengendalian yang bertujuan baik bisa ditanggapi
sebagai memata-matai dan menimbulkan iklim ketidak-percayaan manakala
system yang ditetapkan tidak dikomunikasikan atau caranya tidak setujui
oleh karyawan. Misalnya untuk mengawasi pelaksanaan perkuliahan di
ditunjuk dosen-dosen tertentu untuk memantau absensi dan kelas yang
bersangkutan, bahkan kadang ikut masuk ke dalam perkuliahan yang sedang
berlangsung.
- Mampu memberikan
informasi saat dibutuhkan. Sistem pengendalian yang efektif
mencakup informasi semua pelaksanaan pekerjaan pokok yang dibutuhkan,
misalnya mampu memberi informasi mengenai deadline tugas, waktu penyelesaian, biaya yang diperlukan dan
telah dikeluarkan, prioritas yang harus dan telah dilaksanakan pada saat
dibutuhkan (sebelum, selama dan sesudah proses berlangsung).
- Layak secara ekonomi. Sistem
pengendalian yang efektif haruslah layak secara ekonomi bagi organisasi
yang bersangkutan. Biaya sistem pengendalian (yang bukan saja harga tapi
biaya social, dll, misalnya pada contoh poin C) yang ditetapkan haruslah
sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Misalnya menerapkan Sistem
akuntansi modern berbasis computer atau system absensi berbasis sidik jari
yang berbiaya tinggi pada
perusahaan kecil justru tidak efektif karena tidak sebanding dengan
keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk system
tersebut.
- Akurat. Sistem pengendalian
yang efektif haruslah mampu memberikan data dan informasi yang bermanfaat,
terpercaya, valid dan konsisten.
X. 7. TEKNIK-TEKNIK
PENGENDALIAN
Teknik-teknik pengendalian memberikan berbagai jenis dan
jumlah informasi tertentu yang dibutuhkan oleh manajemen. Agar informasi
tersebut komplit dan konsisten, organisasi seringkali menggunakan
dokumen-dokumen standar yang didesain untul memberikan informasi tentang
keuanga, atau apa saja tergantung jenis dan besaran operasional organisasi ybs.
Di bawah ini adalah beberapa teknik pengendalian yang biasa digunakan dalam
organisasi saat ini.
X.7.1. Pengendalian Keuangan
Laporan keuangan digunakan untuk menelusuri nilai uang dari barang dan jasa
yang masuk dan keluar organisasi. Laporan dapat memberikan sarana untuk memonitor tiga
kondisi utama keuangan suatu organisasi.
a. Likuiditas
: kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi uang tunai agar dapat memenuhi
kebutuhan serta kewajiban keuangan jangka pendek.
b. Kondisi
umum keuangan : keseimbangan jangka panjang antara hutang dan kekayaan (sisa
aktiva sesudah dikurangi hutang)
c. Profitabilitas
: kemapuan untuk mencetak laba secara tetap dan selama satu kurun waktu yang
panjang.
Laporan keuangan digunakan mengevaluasi kerja suatu organisasi. Laporan
keuangan dibuat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tiap bulan, triwulan, atau
satu tahun. Laporan keuangan yang paling umum digunakan oleh suatu organisasi
adalah laporan rugi-laba, neraca, dan laporan arus kas.
X.7.2.
Pengendalian Anggaran
Anggaran
merupakan perkiraan seberapa besar pengeluaran organisasi dan seberapa besar
pendapatan yang akan diterima dalam satu periode waktu. Jumlah masing-masing
item pengeluaran dan pendapatan tergantung pada aktifitas utama yang dilakukan
oleh organisasi yang bersangkutan. Anggaran selain berfungsi sebagai
perencanaan juga sebagai alat kontrol yang sangat penting bagi manajer terutama dalam pengendalian pengeluaran
organisasi. Misalkan berapa besar pengeluaran maksimal yang diperkenankan untuk
telepon, listrik dan berbagai pengeluaran operasional lainnya agar pengeluaran
tidak melampaui batas maksimal atau jika mungkin bahkan dapat dihemat.
Penentuan alokasi anggaran bisa hanya
disusun oleh manajer (top-down budgeting)
bagi masing-masing unit organisasi, bisa juga disusun dan diajukan oleh
masing-masing unit kerja (bottom-up
budgeting) untuk mendapatkan persetujuan atasan.
X.7.3.
Pengendalian Pemasaran
Pengawasan pemasaran ini dilakukan untuk memonitor perkembangan
pencapaian kepuasan pelanggan atas produk (barang, jasa), layanan, harga dan
penyampaian produk tersebut. Berikut ini beberapa contoh yang digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh organisasi.
d.
Riset Pemasaran. Riset pemasaran mampu menggambarkan seberapa baik produk organisasi
dapat memenuhi harapan konsumen, mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan konsumen
dan juga dapat memetakan kekuatan pesaing.
e.
Uji Pemasaran. Merupakan upaya pemasaran dalam skala kecil untuk
mengukur penerimaan pasar atas produk yang ditawarkan. Biasanya dilakukan
melalui survey pada kelompok-kelompok sasaran yang dituju. Uji pemasaran ini
bermanfaat untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan secara umum sebelum
produk dipasarkan dan mencari tahu apa yang mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli.
f.
Statistik Pemasaran. Manfaatnya untuk mengukur kinerja pemasaran melalui kompilasi data
komputer yang kemudian dianalisis untuk mengetahui rasio pemasaran, dengan
mengukur keuntungan, aktifitas, pangsa pasar yang dimiliki, dlsb
Kendati pengendalian pasar ini cukup penting bagi organisasi yang
memiliki produk, namun seringkali kurang diperhatikan oleh manajer kecuali jika
terjadi penetrasi pasar oleh pesaing baru atau penurunan pangsa pasar. Padahal
jika penegndalian pasar ini dievaluasi secara reguler, akan mengurangi
permasalahan yang timbul dalam pemasaran.
X.7.4. Pengendalian
Sumberdaya Manusia
Pengendalian sumberdaya manusia
membantu manajer untuk memantau kualitas dan kinerja karyawan. Pengendalian ini
bisanya berbentuk penilaian kinerja, disiplin kerja, dan pengamatan terhadap
pelaksanaan kerja karyawan sehari-hari, serta kebutuhan pelatihan bagi
karyawan. Pengendalian terhadap sumberdaya manusia ini hal yang krusial karena
mutu tenaga kerja mempengaruhi efektifitas kinerja organisasi secara
keseluruhan. Pengendalian sumberdaya manusia dibahas lebih mendalam pada bab
Staffing dan MSDM.
X.7.4.
Pengendalian Informasi dan Komputer
Hampir semua organisasi – seterbuka
apapun manajemennya, pasti memiliki informasi yang sensitive dan bersifat
rahasia (confidential) yang tak dimaksudkan menjadi pengetahuan umum
bagi seluruh karyawannya. Beberapa informasi mengenai keuangan perusahaan,
penilaian kinerja karyawan termasuk diantaranya. Pada masa teknologi informasi
seperti saat ini, dimana penggunaan computer sudah sangat meluas bahkan
dihubungkan dengan jaringan internet dan jaringan interkoneksi antar bagian
(LAN), control akses terhadap data base computer adalah penting. Berbagai informasi penting mengenai
organisasi yang tersimpan dalam data base, sehingga apabila aksesnya tidak
diawasi justru dapat merugikan organisasi, terutama jika datanya disalahgunakan
atau dihilangkan.
Penggunaan computer memang sangat membantu
kelancaran kerja terutama jika harus melakukan interaksi dalam pertukaran
informasi dan data. Namun akses terhadap data base tetap harus dijaga agar
hanya yang berkepentinganlah yang dapat mengaksesnya. Selain mengawasi akses
terhadap data base, banyak juga perusahaan yang dapat memantau penggunaan
computer oleh karyawannya melalui jaringan yang terintegrasi. Manajer dapat
memantau apakah karyawanyang sedang menggunakan computer tengah bekerja atau
mengakses internet demi kepentingan pribadi (buka facebook, friendster, dlsb).
Mas bisa minta catatan kakix?
BalasHapusMas bisa minta catatan kakinya/ daftar pustaka nya
BalasHapus